Sabtu, 27 Mei 2017

tentang dalil أَطِيعُوا وَإِنْ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ كَأَنَّ رَأْسَهُ زَبِيبَةٌ

Sebenarnya gua agak males bahas tema ini lagi. Tapi berhubung kemarin ada seorang pakubumi atau guru bujang atau...apalah namanya...pokoknya ulama sakti mandra guna di kalangan jokam, berhujah dengan hadits ini:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَإِنْ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ كَأَنَّ رَأْسَهُ زَبِيبَةٌ
dan ini:
إِنْ أُمِّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ مُجَدَّعٌ حَسِبْتُهَا قَالَتْ أَسْوَدُ يَقُودُكُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى فَاسْمَعُوا لَهُ وَأَطِيعُوا
si ulama tersebut memakai dalil ini sebagai hujah yang katanya bolehnya seorang Imam (penguasa) tidak mempunyai wilayah dan daulah.
saya prihatin sekali,, kalau ini di hujahkan oleh kalangan awam mereka...kalangan grassroot mereka....mungkin saya bisa....yah...maklum saja.
tapi ini dihujahkan oleh ulama kaliber pusat....
caranya melihat zahir hadits saja salah. jangan harap si ulama mau diajak dengan metode istidlal dengan cara telusur nash seperti pembahasan Kitab Syarh, Yurisprudensi ulama, kaidah ma'ani.....
semua ditafsiri dengan ilmu ' kira-kira begitu' dan menurut selera fanatisme golongan saja. dan para audience lainnya manggut-manggut sebab audience juga ngga punya ilmu untuk melakukan kritik ilmiyah dan jiper duluan dengan embel-embel 'ulama-pusat'.
ya Allah....padahal ini hal yang sederhana banget. Saya tidak mengajak buka buku Fathu Bari dan Imam Nawawi deh......wong ini bahkan sudah dijelaskan dalam buku tasrifiyah...tau kan buku tasrifiyah?...anak-anak yang pernah belajar shorof pasti tau...itu buku yang sangat tipis (namun keren sistematikanya) yang dijadikan pegangan dasar para santri di Indonesia....sifatnya juga basic
tapi si ulama ngga memahaminya dan tidak mengerti. sebuah kesalahan yang sangat lugu dan naif. keluguannya dan kejahilannya kemudian ditularkan ke jama'ahnya.
ini sampling bahwa akidah mereka tidak disusun dengan kaidah yang benar dan kokoh. Kaidah asal-asalan dan ridiculous. Hermeneutika nanggung yang mengedepankan rasio kira-kira dan ilusi.
tapi masih untunglah si ulama tersebut menyampaikannya masih dalam etika tawadhu. tidak seperti yang satu lagi yang snob itu

how come?
How Sad.
**


Tidak ada komentar:

Posting Komentar