Senin, 29 Mei 2017

Ibu mengapa kau kafirkan aku, sebuah novel tentang jama'ah LDII

Alif Harisman, seorang Mubaligh Jokam, dia pernah menjadi MT untuk daerah Bandung dan Jakarta Timur. Tumbuh besar di salah Pusat Komune Jokam, yaitu di Perak Gading Mangu Jombang.
Iman begitu nama singkatnya, seperti halnya para saudara-saudara kita yang keluar dari Jokam juga mengalami hal yang sama : dimurtadkan, diancam pembunuhan (karena dianggap murtad), diusir, dan istrinya “diculik” oleh pengurus supaya minta cerai pada mas Iman.
Bahkan sang Istri sampai membikin akte surat-kematian palsu yang menerangkan suaminya (mas Iman) sudah meninggal agar proses penceraikan bisa dilaksanakan di pengadilan.
Itu cuma sebagian kecil dari masalah sosiologis yang diakibatkan dari pencekokan doktrin yang diprakarsai oleh Bp Hj Nurhasan.
Sebuah penerbit besar di Jakarta, Penerbit Al-Kautsar tertarik untuk mengangkat kisah hidup dari mas Iman ini. Insya Allah sebelum Ramadhan, buku ini sudah muncul di rak-rak Gramedia dan di toko-toko besar lainnya dibawah jaringan penerbit Al-Kautsar.
sengaja nama LDII diganti menjadi BADI ( Badan Amal Dakwah Indonesia) supaya menghindari konflik hukum namun jalan cerita tetap konsisten yaitu menceritakan mengenai Jama'ah kita seolah kita sendiri yang mengalami peristiwa yang ada di dalam novel ini.
Buku ini berniat untuk memotret apa adanya mengenai adat istiadat dan sistem kepercayaan jama’ah Jokam. Kalau kita membacanya tentu kita akan menganguk-angguk setuju karena yang ditulis dalam buku itu memang kita alami dan kita saksikan dalam jama’ah kita. Semata-mata buku ini ditujukan untuk menilai jama’ah kita apa adanya, tidak ada tendensi apa-apa kecuali agar masyarakat bisa melihat jama’ah kita dengan obyektif, dan agar semua kejelekan ajaran-ajaran bp Nurhasan tidak menular pada kaum muslimin lainnya. Ingat : Jama’ah Jokam itu tidak bersalah, Jama’ah hanya victim dan korban dari sebuah doktrin. Mereka adalah orang-orang baik yang ingin masuk syurga hanya saja menempuh jalan yang menyimpang.
Dengan adanya buku ini juga bisa dijadikan bahan koreksi dan refleksi bagi LDII yang konon katanya sudah berparadigma baru namun pada praktek di lapangan retorika Paradigma baru seperti hanyalah pepesan kosong belaka (hipokrit).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar