Sabtu, 27 Mei 2017

dalil la islama _rektor Univ Islam Madinah_Koreksi buat Jokam 354/LDII

Judul : Ternyata dalil laa islama illa bil jamaah adalah SHOHIH!! : Sebuah bantahan ilmiah telak buat para kontra Jokam yang menggugat bahwa dalil tersebut adalah Dhoif!!
Dan lalu....Mengapa Rasulullah memanggil istrinya dengan julukan “humaira”? dan apa hubungannya dengan jama’ah LDII/Jokam?
Sebelumnya, Ikuti kupasan di bawah ini
**
Berikut transkrip percakapan antara Sdr Towaf Yusuf ( kita singkat menjadi TY) dan Syeikh Sholeh bin Abdullah (kita singkat Syeikh):
Profile Syeikh : Rektor Universitas Islam Madinah
Tempat : Masjid Nabawi Madinah dalam sesi talaqqi kitab muqoddimah kitab syarah 'itiqod ahlisunnah aljamaah li imam al-lalikai
Waktu : 16 Maret 2011


rekaman ini direkam oleh pihak kerajaan saudi arabia dengan situs resminya di : http://www.alharamain.gov.sa/index.cfm?&subjid=33939&browseby=speaker&schid=6810&do=cms.scholarsubject&audiotype=lectures&page=5
menit ke 59
**
Transkrip percakapan
Syeikh : Na’am..mendekatlah...kamu jauh dari ku
TY : Toyyib....ada sebuah jama’ah dari jama’ah-jama’ah di Indonesia yang mengkafirkan manusia secara umum .
Mereka menggunakan atsar qoul umar bin khottob:...ketika manusia-manusia berlomba-lomba meninggikan bangunan di zaman umar, maka umarpun berkata : YA golongan URAIB ( Bentuk tasghir,diminutive)
Syeikh : (Melanjutkan )..
.الأَرْضَ الأَرْضَ إِنَّهُ لاَ إِسْلاَمَ إِلاَّ بِجَمَاعَةٍ ، وَلاَ جَمَاعَةَ إِلاَّ بِإِمَارَةٍ ، وَلاَ إِمَارَةَ إِلاَّ بِسمع وطاعةٍ
TA : menurut pentahqiq ( Sunan Ad-darimi) bahwa atsar ini dhoif, karena memiliki dua illat (cacat)
Syeikh : TIDAK, ucapan umar ini tidaklah dhoif secara Ijma’ (Artinya kedhoifannya masih diperselisihkan di kalangan ulama, pent) , namun ucapan ini tidaklah diingkari, lagi pula realitasnya juga membenarkan perkataan umar ini, yakni untuk menetapi al-muqoddimah ( qoul umar ini rodhiallahu anhu yang tercantum di bab muqoddimah sunan ad-darimi) ini
Tidak ada islam kecauli dengan jama’ah ( Maksudnya adalah TIDAKLAH ISLAM ITU SEMPURNA terkecuali dengan jama’ah)
لاَ إِسْلاَمَ إِلاَّ بِجَمَاعَةٍ ،(اي لا اسلام كامل الا بجماعة
TA : berarti penafian itu lil kamal (peniadaan untuk kesempurnaan)
Syeikh : ya, laa islama kamil
TA : Bukan bermakna lil wujud atau lil asshihah?
(Suara Azan Isya berkumandang)
Syeikh: Bukan, nanti (dilanjutkan, pent) setelah adzan
---Adzan Isya (Kemudian syeikh menjawab pertanyaan TY yang sebelumnya)
TY : apa makna يَا مَعْشَرَ الْعُرَيْبِ dengan shigot tasghir ? apa makna الأَرْضَ الأَرْضَ
Syeikh : apa? apa? يَا مَعْشَرَ الْعُرَيْبِ, yakni dia (umar rodhiallohu 'anhu) melihat bangunan bangunan yang ditinggikan, umar rodhiallhu’anhu … dia adalah kholifah dan sudah sepantasnya ucapannya didengarkan dan dithoati, ini kewajiban mendengar dan taat kepadanya, ketika mereka meninggikan bangunan bangunan rumah , ia mengkhawatirkan terjadinya fitnah .
Kemudian ia berkata يَا مَعْشَرَ الْعُرَيْبِ tasghir 'arob artinya bilamana orang-orang arob tidak menegakkan agama ini, maka lebih-lebih lagi orang-orang selain mereka untuk tidak menegakkannya.
(Al-ard الأَرْضَ الأَرْضَ) maknanya jangan mendirikan bangunan karena termasuk tanda tanda akan terjadinya kiamat sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Nabi SAW. Siapakah dari mereka yang semisal umar menurut kita?
Allahumustaan
TY : Pertanyaan terkhir
Syeikh: na’am, kamu tadi telah berkata pertanyaan cuma satu haha (Syeikh ini sedang guyon), pertanyaan terakhir baik…datangkan
TY : Yakni dan mereka membai’at pada seseorang yang tidak sedkitpun memiliki kemampuan untuk mengatur masyarakat ( yakni kaum muslim secara umum), apakah ini sebuah bai’at yang sah atau batil?
Syeikh : orang ini tidak mempunyai kemampuan dan kekuasaan, dia tidak boleh dibai’at sesungguhnya bai’at itu di atas al-kitab dan assunah bagi orang yang mempunyai kekuasaan seperti pemerintah di Negara ini, maka ia memiliki kemampuan , dan perkaranya ( keimamannya,pent) telah tegak, pemerintahannya kokoh dan dia menegakkan peraturan-peraturan Allah sesuai kemampuannya, inilah bai’at yang syar’I, adapun yang lainnya (Negara lain) adalah berdasarkan peraturan / undang-undang yang tersusun dalam teori-kontrak ( nadhoriyatu al-aqd) , nadhoriyatu l-aqd ringkasnya adalah kesepakatan yang mana mereka bersepakat di atas asas manfaat dan kemudhorotan, dan setiap orang berkeyakinan untuk mendatangkan (azas) kemanfaatan dan menolak kemudhorotan dan supaya setiap orang menetapi (undang-undang) ini selagi tidak bertentangan dengan agama.
TY : Syukran, jazakallahukhoiro
Syeikh: jelas?
TY : Jelas
Syeikh : adapun mereka mengkafirkan manusia atau mengkafirkan masyarakat, maka itu sangat sesat , yakni setelah bai’at kepada Nabi sholallahu alaihi wasalam maka tidak lagi diterapkan jahiliyyah , adapun orang yang berkata bahwa kita sekarang berada di masa jahiliyah abad 20- seperti ini- maka ini salah karena setelah bai’at kepada Nabi SAW maka tidak lagi diterapkan jahiliyah terkecuali nanti di akhir zaman yakni setelah turunnya isa AS. Nabi isa setelah apa turunnya? Setelah keluarnya dajjal dan dia membunuh dajjal , lalu wafatnya nabi isa, kemudian Allah melepaskan angin yang baik dan semua nyawa orang orang beriman terambil (mati) dan tidak tersisa di muka bumi kecuali seburuk-buruknya manusia , kepada merekalah kemudian terjadi kiamat yang besar
TY : Jelas
Syeikh: Walhamdulillah
(selesai)
**
Menarik sekali untuk disimak dialog Akh Towaf Yusuf dengan Syeikh Sholeh di Masjid Nabawi tsb.
adapun hadits yang disorot oleh TY adalah Sbb:
ديث موقوف) أَخْبَرَنَا أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ ، أَخْبَرَنَا بَقِيَّةُ ، حَدَّثَنِي صَفْوَانُ بْنُ رُسْتُمَ ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مَيْسَرَةَ ، عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : تَطَاوَلَ النَّاسُ فِي الْبِنَاءِ فِي زَمَنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، فَقَالَ عُمَرُ : " يَا مَعْشَرَ الْعُرَيْبِ ، الْأَرْضَ الْأَرْضَ ، إِنَّهُ لَا إِسْلَامَ إِلَّا بِجَمَاعَةٍ ، وَلَا جَمَاعَةَ إِلَّا بِإِمَارَةٍ ، وَلَا إِمَارَةَ إِلَّا بِطَاعَةٍ ، فَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى الْفِقْهِ ، كَانَ حَيَاةً لَهُ وَلَهُمْ ، وَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى غَيْرِ فِقْهٍ ، كَانَ هَلَاكًا لَهُ وَلَهُمْ "
yang artinya
“Sebagian manusia bersikap berlebihan dalam membangun di zaman Umar, berkata Umar, "Hai orang-orang Arab, tanah !, tanah Sesungguhnya tidak ada Islam kecuali dengan berjama'ah, dan tidak ada jama'ah kecuali dengan adanya keamiran dan tidak ada keamiran kecuali dengan taat. Barangsiapa yang dijadikan pemimpin oleh kaumnya karena ilmunya/pemahamannya maka akan menjadi kehidupan bagi dirinya sendiri dan juga bagi mereka, dan barangsiapa yang dijadikan pemimpin oleh kaumnya tanpa memiliki ilmu/pemahaman, maka akan menjadi kebinasaan bagi dirinya dan juga bagi ( Hr Sunan Darimi no hadits 253)
dari hadits ini kemudian diambil kalimat :
إِنَّهُ لَا إِسْلَامَ إِلَّا بِجَمَاعَةٍ ، وَلَا جَمَاعَةَ إِلَّا بِإِمَارَةٍ ، وَلَا إِمَارَةَ إِلَّا بِطَاعَةٍ
n*****
Ulasan nomor 1: Banyak pengkritik Jokam 354 yang mengatakan bahwa hadits ini dhoif secara mutlak, padahal banyak hadits yang menguatkan matan ini sehingga hadits ini naik-kelas derajatnya menjadi hasan li ghoirihi.
Ulasan nomor 2: dalam hadits tsb Umar mengatakan " " يَا مَعْشَرَ الْعُرَيْبِ " (yaa, ma'syarol URAIB--wahai penduduk arab), namun menariknya umar menggunakan kata-kata " URAIB" dan bukan "AROB". Syeikh sudah menjelaskan dalam dialognya
saya hanya ingin menambahkan: bahwa Umar menggunakan bentuk tashghir ( dalam ilmu linguistik disebut Deminutive). ekspresi tasghir ini ini lazim digunakan sebagai ungkapan kasih sayang, sesuatu yang mungil, kecintaan
contoh: mengapa Rasulullah memanggil Aisyah dengan sebutan Humaira (Bentuk Tasghir)?--lihat Hadits Nasai 5/307, Shahih
Humaira berasal dari kata ahmar (kemerah-merahan) yang nota bene pipi aisyah sering bersemu merah. dari kata ahmar ini kemudian bermorfologi (ilmu sharaf) menjadi humaira.
Rasulullah menggunakan bentuk tasghir untuk ekspresi kasih sayang pada sang Istri
bentuk lain tashgir
1. Umar menjadi Umair (si kecil umar)
2. Nahr menjadi Nuhair ( Sungai kecil)
dalam bahasa Belanda bentuk tasghir ini dikenal dengan pola penambahan akhiran tje
contoh:
Pak ( Paket) menjadi Pakje ( Paket kecil)
La (Laci sedang) menjadi Laktje ( Laci Kecil)
Jadi, umar menggunakan kata-kata "URAIB" menunjukan sisi kelembutan umar sebagai KEPALA NEGARA yang berbicara pada RAKYATNYA untuk DIPATUHI.
Ulasan Nomor 3:
Dari Hadits Darimi ini, kemudian bapak H Nurhasan mengambil penggalan kalimat yang berbunyi
إِنَّهُ لَا إِسْلَامَ إِلَّا بِجَمَاعَةٍ ، وَلَا جَمَاعَةَ إِلَّا بِإِمَارَةٍ ، وَلَا إِمَارَةَ إِلَّا بِطَاعَةٍ
yang kemudian dalil ini menjadi pegangan dalil andalan jama'ah dan menjadi dalil wajib di makalah-makalah CAI.
Pak Nurhasan dan ulama-ulamanya menterjemahkan hadits itu sbb:
"TIDAK SAH keislaman seseorang kecuali dengan berjama'ah, tidak diakatakan berjama'ah kecuali dengan ber-imaroh dan tidak berimaroh kecuali dengan ketoatan"
tidak hanya itu, makna dari dalil ini kemudian di inqilab terbalik (reverse menjadi) : Tidak Toat maka tidak ber-imaroh, tidak ber-imaroh maka tidak berjama'ah, dan tidak berjama'ah maka TIDAK ISLAM
dari pengertian inilah akhirnya jama'ah 354 mempunyai keyakinan
1. Yang dimaksud dalam Atsar Umar tersebut adalah Jama'ah Jokam 354 buatan pak Nurhasan
2. dari pengertian pak Nurhasan ini juga membuat pengikutnya menganggap SEMUA orang islam yang tidak bergabung dan tidak berbai'at dengan imam-nya KAFIR
hadits ini Shohih...namun pak Nurhasan dan ulama-ulamanya menyelewengkan terjemahan:
1. Partikel "Laa " kemudian diikuti "Illa" tidak mutlak menjadi kalimat bersyarat yang bermakna untuk "pengesah" tapi bermakna sebagai ekspresi 'untuk kesempurnaan'. ini lazim dalam bahasa arab. dan untuk mendeteksinya,selain dari ilmu Nahwu-Shorof juga harus dilihat dari ilmu Fikih dan Pemahaman salafu salih
2. Seandainya pak Nurhasan dan ulama-ualamanya melakukan ini karena ketidak-sengajaan, maka fenomena ini menunjukan Pak Nurhasan dan ulama-ulamanya sangat rapuh dan jahil dalam ilmu Nahwu Shorof, Fiqh Lughoh dan Ilmu Fikih.
3. Kata-kata Imaroh pada Atsar tersebut bermakna Penguasa, sebagaimana Umar adalah seorang Khalifah, Penguasa dan penguasa Daulah. Oleh pak Nurhasan dan ulama-ulamanya kata-kata Imaroh ini diartikan ke-imam-an nya pak Nurhasan
4. Kalaupun Imaroh buatan Pak Nurhasan itu sah secara syar'i, maka dalil tersebut bukanlah ditujukan untuk pe-ngesah keislaman seseorang. apalagi Imaroh pak Nurhasan tidaklah sah dari sisi syariat. Jadi kesalahan pak Nurhasan dobel-dobel kuadrat pangkat dua. bagai Sudah jatuh tertimpa tangga terus kejebur got.
5. Kalimat "إِنَّهُ لَا إِسْلَامَ إِلَّا بِجَمَاعَةٍ ، وَلَا جَمَاعَةَ إِلَّا بِإِمَارَةٍ ، وَلَا إِمَارَةَ إِلَّا بِطَاعَةٍ " dalam atsar tersebut adalah pemaksudan agar Rakyatnya ingat bahwa Umar selaku kepala daulah punya hak untuk ditaati bil ma'ruf...bukan maksud Umar RA mengatakan bahwa Islam itu sah dengan ber-bai'at.
tapi inilah elegannya Khalifah Umar....beliau menngunakan perintahnya dengan kalimat Nida (panggilan) dengan seruan " Yaaaa Ma'syaro URAIB. ( Wahai Masyarakat arab yang kucintai)
6. Maksud "إِنَّهُ لَا إِسْلَامَ إِلَّا بِجَمَاعَةٍ ، وَلَا جَمَاعَةَ إِلَّا بِإِمَارَةٍ ، وَلَا إِمَارَةَ إِلَّا بِطَاعَةٍ " adalah " TIDAK SEMPURNA keislaman seseorang dengan ber-jama'ah dst dan bukan TIDAK SAH. inipun ditujukan untuk Jama'ah disuatu Negeri dibawah PIMPINAN PENGUASA yang sah.
jadi dalil tersebut memang sah....
namun arti dan syarh yang diajarkan pak Nurhasan sangat melenceng jauh dari tuntunan Qur'an dan Hadits. ini adalah krimina-akidah dan operasi pembodohan untuk Agenda-Setting Pak Nurhasan yaitu kekuasaan dan obsesi pengendalian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar