Hadits yang dibawakan oleh Nurhasan Ubaidah di atas dengan
’sanad’nya dikatakan oleh al-Hafidz Ibnu Katsir dalam Tafsirnya 2/269 bahwa
penyebutan deretan nama-nama di dalamnya adalah mudroj (tambahan dari perawi),
dan dilemahkan oleh Syaikh al-Albani dalam Takhrij Misykat 2/708, adapun bagian
awal dari hadits (tanpa penyebutan deretan nama-nama) adalah Shohih Muttafaq
Alaih diriwayatkan oleh al-Imam Bukhori dalam Shohihnya : 6410 dan al-Imam Muslim dalam Shohihnya :
2677.
Adapun derajat ’sanad’ Nurhasan
Ubaidah yang – kata dia – diawali dengan namanya sendiri yaitu Ubaidah bin
Abdul Aziz maka derajatnya adalah batil dan palsu, kareka perowi pertamanya
(yaitu Nurhasan Ubaidah) adalah seorang Dajjal (pendusta besar), yang mengatakan
dia Dajjal adalah Syaikh Abdul Aziz bin Baz – sebagaimana dinukil oleh Bambang
Irawan Hafiluddin (Lihat Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII hal. 111) – dan
Syaikh Muhammad bin Abdurrohman al-Amudi- sebagimana dinukil oleh Nasifan
Abdurrohman Syakir (Lihat Aliran dan Paham Sesat di Indonesia hal. 100)-. Dan
derajat Dajjal adalah derajat jarh yang paling parah di dalam ilmu jarh wa
ta’dil, dan derajat hadits seorang dajjal adalah maudhu’ (palsu) sebagaimana
dijelaskan dalam kitab-kitab Mustholah hadits.
Nurhasan Ubaidah juga dikenal
sebagai seorang yang kadzdzab (pendusta), di antara kedustaannya bahwa dia
mengaku pernah belajar ke Darul Hadits di Makkah Saudi Arabia, ternyata setelah
ditanyakan oleh KH. Jured M ahfudh ke Darul Hadist di Makkah maka jawaban dari
Syaikh Umar Hamdan Abu Syahmi seorang pengajar di Darus Hadits dan Imam
Masjidil Haram bahwa Nurhasan Ubaidah tidak pernah ada dalam daftar murid di
Darul hadits di Makkah (Lihat Aliran dan Paham Sesat di Indonesia hal. 93).
Kemudian Nurhasan Ubaidah juga
seorang yang fasik (sedangkan di antara syarat perawi yang diterima haditsnya
hendaknya dia tidak fasik), dia pernah mencuci kambing di Makkah sebagaimana
diceritakan oleh Khozin Arif dalam skripsinya tentang Nurhasan Ubaidah (Lihat
Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII hal. 83) dan dia juga pernah membawa lari dua
orang santri wanitanya hingga berurusan dengan polisi (Lihat buku Musim Heboh
Islam Jama’ah, PT. Bina Ilmu Surabaya, 1979 dan Bahaya Islam Jama’ah Lemkari
LDII hal. 90).
Yang lebih parah lagi bahwa
Nurhasan Ubaidah sangat masyur dengan kebolehannya dalam bidang mistik
(pedukunan dan ilmu ghoib, yang pasti lekat dengan kesyirikan), dia lihai
bermain silat di atas duri tanaman salak, dijatuhi batu besar, bermain-main
dengan ular, dan sebagainya. Dalam skripsi Khozin Arif disebutkan bahwa menurut
teman dekat Nurhasan Ubaidah, waktu dia di Saudi dia belajar ilmu ghoib dari
orang Badui (Arab gunung) dan Iran. (Lihat Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII
hal. 85-86).
Kalo jokam mania gak berani fitnah.baik di blog dan youtube..paham...gak malu bikin blog pakai nama jokam
BalasHapusJamaah yang logis dan masuk akal adalah jamaah yang bersanad sampai Rasulullah saw
BalasHapus